Friday, April 22, 2016

MAKNA FILOSOFIS MOTIF TENUN DARI NUSA TENGGARA

Flores  memiliki banyak sentra penghasil kain tenun, yang antara lain: Maumere, Sikka, Ende, Manggarai, Ngada, dan lain sebagainya. Setiap daerah atau etnis memiliki ragam motif, corak dan preferensi warna yang berbeda-beda dalam membuat kain tenun.

Kain tenun khas daerah Sikka misalnya, biasanya selalu menggunakan warna gelap seperti hitam, coklat, biru, dan biru-hitam. Untuk motifnya, cenderung menggunakan benda dan mahluk hidup yang berkaitan dengan laut. Seperti misalnya, figur nelayan, sampan, penyu, udang, atau kepiting. Wajar, karena nenek moyang mereka dahulu termasuk pelaut ulung dan tangguh.

Sementara, di Ende lebih banyak menggunakan warna cokelat dan merah serta memadukannya dengan ragam hias motif bergaya Eropa. Hal ini karena letak strategis Ende di pesisir selatan Flores yang memungkinkan orang-orang Ende zaman dahulu mudah berhubungan dengan bangsa pendatang, seperti orang Eropa. Ciri khas lain motif kain tenun Ende adalah penggunaan hanya satu jenis motif pada bidang di tengah-tengah kain.


Ketika pertama kali saya dikasih tahu oleh mama penenun bahwa motif kain tenun ini dinamakan Jarang Atabilang, saya sempat ragu dan memicingkan mata sekian lama mengamati detil motifnya. Jarang Atabilang, seharusnya memiliki motif kuda dan manusia, dimana manusia mengendarai atau berdiri di samping kuda hendak menaikinya. Tapi saat saya perhatikan, motif kainnya cenderung berbentuk ayam dan anak ayam yang diapit manusia. Tapi setelah membaca beberapa literatur, memang seperti itulah motif Jarang Atabilang. Motif kain ini melambangkan kuda sebagai kendaraan arwah menuju alam baka menjadi penanda bahwa manusia dewasa dan yang masih di bawah umur tidak akan pernah terlepas dari kematian. Meski begitu, umat manusia tidak akan punah secara mutlak. Akan tetap muncul kehidupan baru setelah kehidupan lama berakhir.

Motif kain tenun ini berupa hewan gajah dan kuda yang posisinya selang-seling. Gajah, merepresentasikan kendaraan dewa yang bersiap memberikan pengadilan. Sedangkan kuda, melambangkan kendaraan menuju ke alam baka. Yang perlu diperhatikan adalah cara memakai kain tenun ini, yaitu harus searah dengan motif Jara Nggaja yang berdiri, jangan sampai terbalik motif kaki dari Jara Nggaja arahnya keatas. Jika sampai lalai memakai terbalik kepala ke arah atas, maka pemakainya akan ditimpa kematian.

Kota Bajawa merupakan kota terdekat Desa Bena, sehingga motif-motif kain tenunnya tak beda jauh. Bahkan, kain tenun asal Desa Bena dinamakan Bajawa. Motif utamanya Jara (kuda), selain gajah.




No comments:

Post a Comment